Bang Atien Kisam
“Buah Cempedak, Buah Durian. Sambil Nandak Cari Perhatian.” Penggalan pantun tersebut menjadi awal pembuka culture discussion yang diselenggarakan oleh Divisi EO Sobat Budaya Jakarta (SBJ). Culture Discussion kali ini mengangkat tema “Mempertahankan Budaya Betawi, Tarian Nandak Ganjen” dengan pembicara yang merupakan pencipta tarian Nandak Ganjen itu sendiri, Atien Kisam.
Pasti kita langsung bertanya-tanya apa
itu tarian Nandak Ganjen. Dari kata-katanya aja, sepertinya tarian ini agak
gimana gitu. Sebenarnya, tarian ini diciptakan untuk menggambarkan gadis-gadis
ABG Betawi yang beranjak dewasa. Yah,
karena anak-anak SMA kan kalau kata
orang Betawi mereka itu genit, centil maka orang Betawi nyebutnya “Ganjen.” Jadi
deh tarian tersebut dinamain Nandak Ganjen.
Foto : viva.co.id
Ternyata menurut si empunya tuh tarian,
Nandak Ganjen sangat disukai oleh anak-anak mulai dari TK hingga
mahasiswa. “Meskipun tarian Nandak banyak yang gedek, tetapi banyak yang suka. Tarian Nandak Ganjen, tidak juga
menghilangkan sisi komedi yang memang biasa terdapat di tari topeng dan lenong
Betawi,” kata Atien Kisam, saat diskusi (27/02) di Cyber Building, Jakarta Selatan.
Atien menjelaskan bahwa ide awal
menciptakan tarian Nandak Ganjen, merupakan permintaan dari Dewan Kesenian
Jakarta di tahun 1996 untuk menyelenggarakan apa yang disebut dengan Apresiasi
Seni Pertunjukan. Menurutnya tari Nandak
Ganjen, bukan karya dia seorang. “Koreografi saya dengan dua abang lelaki dan
satu orang kakak perempuan saya,” ungkap Atien.
Ketika itu, ia dan saudara kandungnya
tersebut menggembangkan tarian Nandak Ganjen di sanggar Ratnasari, yang
merupakan sanggar milik orang tua-nya. Tarian ini pun disebut sebagai tarian
yang cukup lama dikembangkan, karena membutuhkan waktu sekitar 12 tahun mulai
dari tahun 1996 hingga 2008.
Meskipun dikembangkan dalam waktu yang
cukup lama, tarian Nandak Ganjen terbilang sukses. Atien mengungkapkan, setelah
tarian Nandak Ganjen berhasil banyak siswa yang datang ke anjungan DKI Jakarta
di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk ikut latihan tarian Betawi.
“Memang harapan awal dalam program
Apresiasi Seni Pertunjukan pada waktu itu, anak muda tertarik dalam
tarian-tarian Betawi. Ternyata benar, ketika latihan ada sekitar 300 anak dan
yang datang ke anjungan semakin banyak
untuk belajar tari Betawi,” Tutur Atien.
Comments
Post a Comment